SASHA
DAN ALISHA
“gara-gara lo lahir,mama meninggal ! gw benci sama
lo” itulah kalimat menyakitkan yang sering keluar dari bibir manis alisha
padaku.Alisha memang benci terhadapku, walaupun aku ini adalah adik
kandungnya.Kebenciannya muncul saat aku dilahirkan didunia.Pada 1 januari 1996 tepat
pada pukul 02.00 wib, mama melahirkanku kedunia. Namun akibat pendarahan yang
sangat hebat terjadi pada rahim mama,beberapa saat kemudian beliau meninggal.
Pada waktu itu Alisha yang genap berusia 7 tahun sangat
senang ketika pada hari itu mendapatkan
seorang adik. Namun beberapa jam kemudian kebahgaiaan itu sirna, takdir
berkehendak lain, mama pergi untuk selamanya meninggalkan Alisha, Papa dan Aku.Sejak
saat itulah Alisha menganggap ku makhluk sial yang telah membunuh mama.
Ya Tuhan...
Namaku Sasha,dan kini usiaku 16 tahun.Aku
bersekolah di SMA favorit di Jakarta. Sejak lahir aku tidak merasakan kasih
sayang seorang mama, beruntunglah karena ada seorang papa yang senantiasa
merawat serta menjaga ku dan seorang kakak yang ku sayangi meskipun ia sangat
acuh terhadap keberadaanku.
“pa, lisha berangkat ya !” ucap alisha pada papa
lalu menyalami tangannya
“iya nak, hati-hati ya!” pesan papa pada Alisha
yang saat ini menjadi salah satu mahasisiwi di perguruan tinggi negeri jakarta.
“oke bos !” sahut Alisha seraya tersenyum pada
papa.
“kak, aku bareng kakak yah hari ini?”ujarku pada Alisha
“apa? jangan harap deh, kamu naik angkot aja sana
!” sahut Alisha kecut
”Alisha !”bentak papa, namun alisha langsung
bergegas meninggalkan ruang makan.
Tak sadarkan diri, ternyata air mata ini terjatuh
membasahi pipiku.
“sabar ya sayang, kita doakan saja supaya kak
lisha mendapat penerangan hati dan pikiran dari Tuhan”ucap papa mendekap
tubuhku.
“sampai kapan kak lisha bersikap seperti ini pada
sasha pa?”tanyaku pada papa dengan nada tersendak. Namun tak ada balasan kata
atau kalimat yang keluar dari mulut papa. Beliau hanya terus mengusap kepala ku
dengan lembut.
----
Setibanya di sekolah,seperti hari biasanya aku
mengikuti pelajaran dengan baik. Dikelas, Aku duduk sebangku dengan Mira. Ia
adalah wanita yang tomboy berbeda sekali dengan ku yang sangat feminim, tetapi
kami berdua adalah sahabat yang selalu setia satu sama lain.
Bel istirahat berbunyi, aku dan Mira bergegas ke
kantin untuk mengisi perut dengan pilihan makanan disana.
“perhatian sebentar, maaf gw mengganggu waktu istirahat
kalian. Nama gw Jerry dan gw mencari Sasha” . Aku tersentak kaget ketika namaku
disebut-sebut dalam suara mic yang berasal dari siaran radio sekolah.
“Sha, kenapa tuh si Jerry?” tanya mira heran.Aku
hanya menggelengkan kepala sambil memasang wajah tenang. Suara mic yang
tiba-tiba tak terdengar lagi membuat ku penasaran, hingga akhirnya aku menghampiri
Jerry diruang studio radio sekolah.Aku terkejut ketika membuka pintu ruangan
yang ternyata telah disulap dengan hiasan bunga mawar serba indah
kesukaanku.Terlihat pula Jerry yang pada saat itu berdiri ditengah ruangan
sambil memegang bantal hati berwarna pink.
“what’s going on???” tanya ku heran
“sha, gw suka sama lo dan gw merasa sayang sama
lo” ucap jerry dengan pasti lalu menghampiri ku.
“jerr, are you fine???” ujarku dengan hati yang
berdegup tak karuan.
“yes, i’m very fine. Sha gw serius, lo mau ga jadi
pacar gw?”tanya Jerry setengah berlutut menghadapku.
Aku tak bisa menyembunyikan perasaanku,karena
sudah lama pula aku menyukai Jerry. Aku mendekatinya dan berkata “iya, gw mau
jadi pacar lo”.
---
Hari ini adalah hari pertama aku di antar pulang dari sekolah ke rumah
bersama pacar baru ku, oooh senangnya hati ku yang sedang berbunga-bunga, tetapi
Jerry tak sempat mampir karena waktu sudah terlalu sore.
Tak lama aku tiba dirumah,papa pun juga tiba dirumah sepulangnya dari
kantor.
“Sha, kak Alisha belum pulang?”tanya papa padaku
“belum pa. Nanti aku coba telepon dia”jawabku sopan
“ya sudah kalau begitu.Papa mau istirahat dulu ya”ujar Papa lalu menuju ke
kamarnya
“oke Pa”sahutku singkat
Belum sempat aku menelepon Alisha,beberapa menit kemudian alisha pun tiba
dirumah.”eh kak Lisha,baru aja mau aku telepon,mau nanya kakak lagi dimana dan
pulang jam berapa”ucap ku pada Alisha
“ga usah sok peduli deh sama gw”sahut alisha lalu meninggalkan ku sendiri
di ruang tengah.
Aku hanya bisa mengelus dada tiap kali berhadapan dengan Alisha. Aku
melangkah menuju kamar tidur lalu menggapai sebuah bingkai yang didalamnya terdapat foto mama.
”Mama,maafin Sasha. Karena aku, mama meninggal. Sasha sedih ma, Kak Alisha
ga senang dengan kehadiran Sasha.Andaikan aku ga terlahir didunia...”
---
Sore hari kala itu, langit tampak murung dengan
diselimuti awan gelap serta dentuman petir yang saling bersahutan dilengkapi
dengan hujan yang lebat. Apakah Tuhan sedang murka???
Kring...kring ! suara telepon berbunyi nyaring, memecahkan
konsentrasi ku yang sedang mendengarkan alunan musik jazz dikamar.
Betapa terkejutnya aku ketika mendapatkan kabar
dari telepon tersebut yang memberi informasi bahwa alisha mengalami kecelakaan.
Aku pun begegas memberitahu papa lalu menuju ke rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit,hatiku menjerit sedih
ketika melihat sosok alisha yang sedang terbaring diruang UGD tak berdaya
dengan berlumuran darah. Dengan cekatan, para dokter menangani luka-luka diseluruh
tubuh Alisha.Sampai pada akhirnya ia di rawat diruang intensif. Dokter berkata
bahwa Alisha mengalami luka parah pada kedua matanya,sehingga ia di diagnosa
akan mengalami kebutaan.Musibah ini sangat menyedihkan bagiku dan juga papa. Timbul
lah dalam benakku bahwa aku akan mendonorkan kedua mataku untuk Alisha. Papa
tidak menyetujui ide ku,kami sempat bersitegang.Namun dengan keyakinanku,papa
mengikhlaskan keinginanku ini. Hari ini adalah hari dimana aku terakhir melihat
dunia, Papa, Mira dan Jerry.
Berangsur-angsur luka bekas jahitan di mata ku pun
pulih,kini perban yang melingkar mengelilingi mataku pun di lepas.
”Sha, Jerry akan selalu mencintai Sasha dengan
segala kekurangan Sasha”ucap Jerry yang pada saat itu berada dirumahku,ia
menggenggam tangan ku dengan erat lalu kurasakan kecupan ringan mendarat
dikeningku.
“makasih ya Jerr...”ucapku singkat seraya
memberikan senyum padanya.
Malam harinya aku dan papa mengunjungi rumah sakit
untuk menjenguk Alisha yang belum pulih 100%
setelah kecelakaan beberapa waktu lalu.
“Pa,mata Alisha kunang-kunang. Pusing sekali”ucap
Alisha pelan
“iya nak,wajar kamu kan sedang menjalani
perawatan. Sabar ya, kamu akan sembuh kok”jawab Papa pelan.
“kak,cepat sembuh yaaa. Kita semua kangen sama
kakak untuk kumpul bareng lagi dirumah.” ucapku mencoba memberi support pada
alisha.
“ sorry ya! Gw sama sekali ga kangen sama lo sha
!” jawab alisha acuh
“alisha hentikan ! kamu tau ga kalau mata...”ujar
papa lantang, lalu aku mencoba menghentikan ucapan papa dengan menepuk bahu
kanannya. Sebelumnya, Aku sempat berpesan pada papa untuk tidak memberitahukan
bahwa mata yang ada pada alisha itu adalah milikku sebelum ia sembuh total.
---
Keesokan harinya,alisha diperbolehkan untuk pulang
oleh dokter karena kondisi kesehatannya sudah normal kembali.
“Sha, ambilin gw minum dong. Teh manis hangat ya
!”pinta Alisha pada ku. Aku pun segera mengambilkan minum untuk sang kakak
dengan langkah pelan tetapi pasti.
Teh manis hangat pun telah dibuat, aku langsung
membeikannya pada Alisha.
“ih apaan nih?kok asin?gw kan minta teh manis
bukan teh asin !”ucap Alisha setengah berteriak lalu membuang teh yang dibuat
sasha keatas lantai.
“ada apa ini?”ujar papa lantang menengahi kedua
anaknya.
“itu Pa, Sasha ga bisa bedain garam sama gula. Buta
kali matanya!”
“Alisha jaga mulut kamu!” bentak papa lantang
Aku hanya terdiam, hatiku sangat sedih mendengar
Alisha dan Papa berseteru.
“Alisha, sudah saatnya kamu mengetahui
semua...saat kecelakaan waktu lalu begitu banyak kamu mengalami
pendarahan,termasuk bagian mata,kamu di diagnosa oleh dokter mengalami
kebutaan.Dan kedua mata yang kamu miliki itu adalah milik sasha,dia mendonorkan
mata itu untuk kamu nak.Tapi selama kamu pulih,apakah kamu tidak memperhatikan
kondisi sasha yang telah cacat???”
“Papa ... “ucapku pelan,air mata ini mengalir
deras seketika.
“Sasha...”ucap alisha memanggil namaku lalu
mendekap tubuhku.
“Sha, kenapa kamu begitu baik sama kakak?kakak ga
pernah sedikitpun berbuat baik sama kamu dik...kakak nyesel Sha! Ampuni
kesalahan kakak yang udah terjadi bertahun-tahun lalu sampai saat ini Sha...”
“kak,ga usah berlutut sama aku..Aku udah maafin
kak Alisha...”
Aku berusaha menggapai tubuh alisha seraya
membangunkan tubuhnya dari posisi berlutut menghadapku.
“kakak janji akan merawat kamu Sha, kakak khilaf, kakak
akan selalu menyayangi kamu Sha...”ucap Alisha seraya membelai lembut kepalaku,
mencium serta memeluk tubuhku dengan erat.
Kondisi cacat bukanlah tanda berhentinya kehidupan
bagiku sebagai sasha. Kesempurnaan fisik bukan segalanya dibandingkan kasih
sayang dari keluarga,sahabat dan pacar.
-Tamat-