Nama : Nur Halimah
Nim : 2010145017
Tugas Perilaku Organisasi
Pengertian dan Unsur Komunikasi
Pengertian
Komunikasi berasal dari bahasa
Latin, “comunis” yang berarti membuat kebersamaan atau membangun
kebersamaan antara dua orang atau lebih. Akar asal katanya “communis”
yaitu “communico” yang artinya berbagi (Stuart,1983, dalam
Vardiansyah, 2004 : 3). Dalam literatur lain disebutkan komunikasi juga berasal
dari kata “communication” atau “communicare” yang berarti ”
membuat sama” (to make common). Istilah “communis” adalah
istilah yang paling sering di sebut sebagai asal usul kata komunikasi, yang
merupakan akar dari kata kata Latin yang mirip Komuniksi menyarankan
bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan di anut secara sama.
Pengertian komunikasi itu
sangat bermacam-macam bergantung pendapat setiap orang. Dari banyak pengertian
tersebut jika dianalisa pada prinsipnya dapat disimpulkan bahwa komunikasi
mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima
pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks
tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan
balik.
Unsur Komunikasi
a. Lingkungan komunikasi
Lingkungan (konteks)
komunikasi memiliki 3 (tiga) komponen penting yaitu :
- Fisik, adalah ruang dimana komunikasi berlangsung yang nyata atau berwujud. Maksudnya adalah komunikasi bersifat nyata dan real sehingga dikatakan mempunyai tampilan fisik, baik berupa suara maupun gerakan-gerakan sebagai tanda.
- Sosial-psikoilogis, meliputi, misalnya tata hubungan status di antara mereka yang terlibat, peran yang dijalankan orang, serta aturan budaya masyarakat di mana mereka berkomunikasi. Lingkungan atau konteks ini juga mencakup rasa persahabatan atau permusuhan, formalitas atau informalitas, serius atau senda gurau,
- Temporal (waktu), mencakup waktu dalam hitungan jam, hari, atau sejarah dimana komunikasi berlangsung.
Ketiga
komponen komuniasi tersebut saling berinteraksi satu dengan yang lainnya,
masing-masing mempengaruhi dan dipengaruhi.
b. Enkoding-Dekoding
Dalam
ilmu komunikasi kita menamai tindakan menghasilkan pesan (misalnya, berbicara
atau menulis) sebagai enkoding (encoding). Dengan menuangkan
gagasan-gagasan kita ke dalam gelombang suara atau ke atas selembar kertas, kita
menjelmakan gagasan-gagasan tadi ke dalam kode tertentu. Jadi, kita melakukan
enkoding.
Kita
menamai tindakan menerima pesan (misalnya, mendengarkan atau membaca) sebagai
dekoding (decoding). Dengan menerjemahkan gelombang suara atau
kata-kata di atas kertas menjadi gagasan, anda menguraikan kode tadi. Jadi,
anda melakukan dekoding.
Oleh
karenanya kita menamai pembicara atau penulis sebagai enkoder (encoder),
dan pendengar atau pembaca sebagai dekoder (decoder). Seperti halnya
sumber-penerima, kita menuliskan enkoding-dekoding sebagai satu kesatuan yang
tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa anda menjalankan fungsi-fungsi ini
secara simultan. Ketika anda berbicara (enkoding), anda juga menyerap tanggapan
dari pendengar (dekoding).
c. Sumber PenerimaSumber penerima sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa setiap orang yang terlibat dalam komunikasi adalah sumber (komunikator) kaligus penerima (komunikan). Anda mengirimkan pesan ketika anda berbicara, menulis, atau memberikan isyarat tubuh. Anda menerima pesan dengan mendengarkan, membaca, membaui, dan sebagainya.
Tetapi, ketika anda mengirimkan pesan, anda juga menerima pesan. Anda menerima pesan anda sendiri (anda mendengar diri sendiri, merasakan gerakan anda sendiri, dan melihat banyak isyarat tubuh anda sendiri) dan anda menerima pesan dari orang lain (secara visual, melalui pendengaran, atau bahkan melalui rabaan dan penciuman). Ketika anda berbicara dengan orang lain, anda memandangnya untuk mendapatkan tanggapan (untuk mendapatkan dukungan, pengertian, simpati, persetujuan, dan sebagainya). Ketika anda menyerap isyarat-isyarat non-verbal ini, anda menjalankan fungsi penerima.
d.
Kompetensi Komunikasi
Kompetensi
komunikasi mengacu pada kemampuan anda untuk berkomunikasi secara efektif
(Spitzberg dan Cupach, 1989). Kompetensi ini mencakup hal-hal seperti
pengetahuan tentang peran lingkungan (konteks) dalam mempengaruhi
kandungan (content) dan bentuk pesan komunikasi (misalnya, pengetahuan
bahwa suatu topik mungkin layak dikomunikasikan kepada pendengar tertentu di
lingkungan tertentu, tetapi mungkin tidak layak bagi pendengar dan lingkungan
yang lain). Pengetabuan tentang tatacara perilaku nonverbal (misalnya kepatutan
sentuhan, suara yang keras, serta kedekatan fisik) juga merupakan bagian dari
kompetensi komunikasi.
Dengan
meningkatkan kompetensi anda, anda akan mempunyai banyak pilihan berperilaku.
Makin banyak anda tahu tentang komunikasi (artinya, makin tinggi kompetensi
anda), makin banyak pilihan, yang anda punyai untuk melakukan komunikasi
sehari-hari. Proses ini serupa dengan proses mempelajari perbendaharaan kata:
Makin banyak kata anda ketahui (artinya, makin tinggi kompetensi perbendaharaan
kata anda), makin banyak cara yang anda miliki untuk mengungkapkan diri.
Umpan balik adalah informasi
yang dikirimkan balik ke sumbernya. Umpan balik dapat berasal dari anda sendiri
atau dari orang lain. Dalam diagram universal komunikasi tanda panah dari satu
sumber-penerima ke sumber-penerima yang lain dalam kedua arah adalah umpan
balik. Bila anda menyampaikan pesan misalnya, dengan cara berbicara kepada
orang lain anda juga mendengar diri anda sendiri. Artinya, anda menerima umpan
balik dari pesan anda sendiri. Anda mendengar apa yang anda katakan, anda merasakan gerakan anda, anda
melihat apa yang anda tulis.
Selain
umpan balik sendiri ini, anda menerima umpan balik dari orang lain. Umpan balik
ini dapat datang dalam berbagai bentuk: Kerutan dahi atau senyuman, anggukan
atau gelengan kepala, tepukan di bahu atau tamparan di pipi, semuanya adalah
bentuk umpan balik.
f. Gangguan
Gangguan
(noise) adalah gangguan dalam komunikasi yang mendistorsi pesan.
Gangguan menghalangi penerima dalam menerima pesan dan sumber dalam mengirimkan
pesan. Gangguan dikatakan ada dalam suatu sistem komunikasi bila ini membuat
pesan yang disampaikan berbeda dengan pesan yang diterima.
Gangguan ini dapat berupa
gangguan fisik (ada orang lain berbicara), psikologis (pemikiran yang sudah ada
di kepala kita), atau semantik (salah mengartikan makna). Tabel dibawah
menyajikan ketiga macam gangguan ini secara lebih rinci.
Macam
|
Definsi
|
Contoh
|
Fisik
|
Interferensi
dengan transmisi fisik isyarat atau pesan lain
|
Desingan mobil yang lewat, dengungan
komputer, kacamata
|
Psikollogis
|
Interferensi kognitif atau mental
|
Prasangka dan
bias pada sumber-penerima, pikiran yang sempit
|
Semantik
|
Pembicaraan dan
pendengar memberi arti yang berlainan
|
Orang berbicara
dengan bahasa yang berbeda, menggunakan jargon atau istilah yang terlalu
rumit yang tidak dipahami pendengar
|
Gangguan dalam komunikasi tidak terhindarkan. Semua komunikasi
mengandung gangguan, dan walaupun kita tidak dapat meniadakannya samasekali,
kita dapat mengurangi gangguan dan dampaknya. Menggunakan bahasa yang lebih
akurat, mempelajari keterampilan mengirim dan menerima pesan nonverbal, serta
meningkatkan keterampilan mendengarkan dan menerima serta mengirimkan umpan
balik adalah beberapa cara untuk menanggulangi gangguan.
g. SaluranSaluran komunikasi adalah media yang dilalui pesan. Jarang sekali komunikasi berlangsung melalui hanya satu saluran, kita menggunakan dua, tiga, atau empat saluran yang berbeda secara simultan. Sebagai contoh, dalam interaksi tatap muka kita berbicara dan mendengarkan (saluran suara), tetapi kita juga memberikan isyarat tubuh dan menerima isyarat ini secara visual (saluran visual). Kita juga memancarkan dan mencium bau-bauan (saluran olfaktori). Seringkali kita saling menyentuh, ini pun komunikasi (saluran taktil).
h. Pesan
Pesan dalam komunikasi dapat mempunyai banyak bentuk. Kita mengirimkan dan menerima pesan ini melalui salah satu atau kombinasi tertentu dari panca indra kita. Walaupun biasanya kita menganggap pesan selalu dalam bentuk verbal (lisan atau tertulis), ini bukanlah satu-satunya jenis pesan. Kita juga berkomunikasi secara nonverbal (tanpa kata). Sebagai contoh, busana yang kita kenakan, seperti juga cara kita berjalan, berjabatan tangan, menggelengkan kepala, menyisir rambut, duduk, dan. tersenyum. Pendeknya, segala hal yang kita ungkapkan dalam melakukan komunikasi
Aspek - Aspek Komunikasi yang Efektif
Sedikitnya ada lima aspek yang harus dipahami dalam membangun komunikasi yang efektif , yaitu :
Sedikitnya ada lima aspek yang harus dipahami dalam membangun komunikasi yang efektif , yaitu :
- Kejelasan ( clarity ) . Bahasa maupun informasi yang disampaikan harus jelas . Kapan kita menggunakan kata ini , anu , dan sejenisnya , maka akan menyebabkan ketidakjelasan terkait dengan pesan yang disampaikan . Hal ini akan menyebabkan munculnya salah tafsir , salah persepsi , dan sebagainya .
- Ketepatan ( accuracy ) . Bahasa dan informasi yang disampaikan harus benar - benar akurat dan tepat . Bahasa yang digunakan harus sesuai dan informasi yang disampaikan harus benar . Artinya sesuai dengan apa yang sesungguhnya ingin disampaikan . Bisa saja informasi yang ingin kita sampaikan belum tentu kebenarannya , tetapi apa yang kita sampaikan benar - benar apa yang memang kita ketahui . Inilah yang dimaksud akurat di sini .
- Konteks ( CONTEX ) . Bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai dengan kondisi dan lingkungan di mana komunikasi itu terjadi . Bisa saja kita menggunakan bahasa dan informasi yang jelas dan tepat , tetapi karena konteksnya tidak tepat maka reaksi yang kita terima tidak sesuai dengan yang diharapkan .
- Alur ( flow ) . Keruntutan alur bahasa dan informasi akan sangat penting dalam menjalin komunikasi yang efektif . Sewaktu kita meminjam uang misalnya , kita cenderung mengajukan kesulitan - kesulitan kita sebelum kita menyampaikan maksud kita untuk meminjam uang . Mungkin begitu juga pada saat kita pertama kali menyampaikan perasaan jatuh cinta pada seseorang .
- Budaya ( culture ) . Aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi , tetapi juga tatakrama atau etika . Bersalaman dengan satu tangan untuk orang sunda mungkin terkesan kurang sopan , tetapi untuk etnis lain mungkin suatu hal yang biasa .
Ketika kelima aspek tersebut di atas
dapat terpenuhi dalam proses komunikasi , maka proses komunikasi yang efektif
dapat terlaksana dengan baik selain juga dipengaruhi oleh faktor - faktor
manusianya .
Komunikasi Dialogis Atasan
Bawahan
dalam dunia pekerjaan, kita kenal komunikasi atasan bawahan yang berarti komunikasi yang terjadi antara pihak atasan dan bawahan. Ia dapat berbentuk penyampaian informasi, pesan ataupun instruksi. Disadari pula bahwa ketidaklancaran komunikasi komunikasi tersebut sangat tidak menguntungkan bagi efisiensi kerja. Demikian banyak waktu yang terbuang sia-sia, pemborosan kertas, perbaikan yang tak perlu karena informasi yang salah, kekeliruaan bawahan dalam melaksanakan perintah atau kurang pengertiannya terhadap instruksi yang diberikan.
Oleh sebab itu banyak atasan yang sengaja mempelajari, memperhatikan dan mencari cara , sistem yang dapat berlangsung efektif. Seringkali dijumpai para atasan yang tidak segan-segan mengulang atau menerangkan maksudnya sejelas mungkin agar tidak disalahtafsirkan oleh bawahannya.
Sebenarnya ada satu cara yang efektif agar proses komunikasi atasan bawahan dapat berlangsung lebih lancar. Caranya ialah dengan membudayakan sistem komunikasi dialogis.
Salah satu cara yang efektif agar proses komunikasi atasan bawahan dapat berlangsung lebih lancar adalah dengan komunikasi dialogis yakni komunikasi dua arah. dalam hubungan atasan bawahan, ketidakharmonisan dan ketidaklancaran komunikasi sangat tidak menguntungkan bagi efisiensi kerja. Banyak manfaat yang bisa diambil dengan melakukan komunikasi jenis ini.
dalam dunia pekerjaan, kita kenal komunikasi atasan bawahan yang berarti komunikasi yang terjadi antara pihak atasan dan bawahan. Ia dapat berbentuk penyampaian informasi, pesan ataupun instruksi. Disadari pula bahwa ketidaklancaran komunikasi komunikasi tersebut sangat tidak menguntungkan bagi efisiensi kerja. Demikian banyak waktu yang terbuang sia-sia, pemborosan kertas, perbaikan yang tak perlu karena informasi yang salah, kekeliruaan bawahan dalam melaksanakan perintah atau kurang pengertiannya terhadap instruksi yang diberikan.
Oleh sebab itu banyak atasan yang sengaja mempelajari, memperhatikan dan mencari cara , sistem yang dapat berlangsung efektif. Seringkali dijumpai para atasan yang tidak segan-segan mengulang atau menerangkan maksudnya sejelas mungkin agar tidak disalahtafsirkan oleh bawahannya.
Sebenarnya ada satu cara yang efektif agar proses komunikasi atasan bawahan dapat berlangsung lebih lancar. Caranya ialah dengan membudayakan sistem komunikasi dialogis.
Salah satu cara yang efektif agar proses komunikasi atasan bawahan dapat berlangsung lebih lancar adalah dengan komunikasi dialogis yakni komunikasi dua arah. dalam hubungan atasan bawahan, ketidakharmonisan dan ketidaklancaran komunikasi sangat tidak menguntungkan bagi efisiensi kerja. Banyak manfaat yang bisa diambil dengan melakukan komunikasi jenis ini.
Bagi atasan, komunikasi dialogis
membuktikan pengujian apakah gagasan, pesan, prosedur baru yang akan diterapkan
dapat diterima dan ditanggapi secara tepat oleh bawahannya. Komunikasi dialogis
ini dapat juga menghindarkan kecenderungan atasan untuk menafsirkan sendiri
tiap pesan, atau instruksi yang diberikan olehnya. Dengan memberikan kesempatan
pada para bawahannya untuk bertanya, memberi usul dan saran, para atasan dapat
mengetahui sejauh mana daya tangkap bawahannya akan pesan yang ia sampaikan.
Komunikasi dialogis bagi para bawahan juga memberikan manfaat yakni kepuasan tersendiri bagi para bawahan yang mampu memberi sumbang saran untuk kemajuan organisasi atau perusahaan. Juga secara psikologis akan memenuhi kebutuhannya yakni kebutuhan akan pengakuan dan secara tidak langsung akan membuat para bawahan akan bekerja lebih baik lagi untuk kepentingan kantor/perusahaan.
Komunikasi dialogis bagi para bawahan juga memberikan manfaat yakni kepuasan tersendiri bagi para bawahan yang mampu memberi sumbang saran untuk kemajuan organisasi atau perusahaan. Juga secara psikologis akan memenuhi kebutuhannya yakni kebutuhan akan pengakuan dan secara tidak langsung akan membuat para bawahan akan bekerja lebih baik lagi untuk kepentingan kantor/perusahaan.
Studi Kasus
Bank Panin adalah sebuah bank swasta
nasional yang menerapkan kebijakan Know Your Customer (Prinsip Pengenalan
Nasabah) on Money Laundering secara umum, terhitung mulai tanggal 13 Oktober
2003.
Tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah untuk mengetahui straregi dan implementasi komunikasi internal yang telah dilakukan oleh Bank Panin dalam menerapkan kebijakan Know Your Customer (KYC) on money laundering. Metode penelitian yang penulis gunakan adalah kualitatif deskriptif.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa Pada dasarnya, tidak ada strategi komunikasi internal khusus yang dibuat oleh Bank Panin dalam menerapkan kebijakan ini, melainkan hanya terbatas pada penyelenggaraan suatu bentuk pelatihan karyawan mengenai kebijakan KYC, dan mengatur proses komunikasi antar karyawan dan Unit Kerja Pengenalan Nasabah (UKPN).
Pembentukan UKPN ini dapat dikatakan baik dan sesuai bagi Bank Panin dalam rangka menjalankan kebijakan KYC. Karena kinerja UKPN jangkauannya sangat luas hingga menjangkau kantor cabang dan kantor cabang pembantu. Sehingga dapat memberikan informasi tentang teknis pelaksanaan kebijakan KYC tersebut, serta dapat memantau, menganalisis, dan merekomendasi semua kebutuhan tentang Prinsip Mengenal Nasabah bagi para pejabat dan staff bank.
Sedangkan penyelenggaraan pelatihan karyawan juga dapat dikatakan sangat baik dan sesuai bagi Bank Panin dalam rangka menjalankan kebijakan KYC. Karena melalui pelatihan ini, dapat meningkatkan pengetahuan dan keahlian para pejabat/karyawan yang bertanggung jawab dalam penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer). Selain itu, pelatihan ini juga sekaligus menjadi media komunikasi bagi Bank Panin dalam melakukan sosialisasi dan komunikasi mengenai kebijakan ini ke karyawannya, dan bagi karyawan, pelatihan ini juga dapat menjadi media komunikasi mereka dalam menyampaikan segala keluhan, pertanyaan, masukan, kritik, dan saran dalam pelaksanaan kebijakan KYC di Bank Panin.
Tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah untuk mengetahui straregi dan implementasi komunikasi internal yang telah dilakukan oleh Bank Panin dalam menerapkan kebijakan Know Your Customer (KYC) on money laundering. Metode penelitian yang penulis gunakan adalah kualitatif deskriptif.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa Pada dasarnya, tidak ada strategi komunikasi internal khusus yang dibuat oleh Bank Panin dalam menerapkan kebijakan ini, melainkan hanya terbatas pada penyelenggaraan suatu bentuk pelatihan karyawan mengenai kebijakan KYC, dan mengatur proses komunikasi antar karyawan dan Unit Kerja Pengenalan Nasabah (UKPN).
Pembentukan UKPN ini dapat dikatakan baik dan sesuai bagi Bank Panin dalam rangka menjalankan kebijakan KYC. Karena kinerja UKPN jangkauannya sangat luas hingga menjangkau kantor cabang dan kantor cabang pembantu. Sehingga dapat memberikan informasi tentang teknis pelaksanaan kebijakan KYC tersebut, serta dapat memantau, menganalisis, dan merekomendasi semua kebutuhan tentang Prinsip Mengenal Nasabah bagi para pejabat dan staff bank.
Sedangkan penyelenggaraan pelatihan karyawan juga dapat dikatakan sangat baik dan sesuai bagi Bank Panin dalam rangka menjalankan kebijakan KYC. Karena melalui pelatihan ini, dapat meningkatkan pengetahuan dan keahlian para pejabat/karyawan yang bertanggung jawab dalam penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer). Selain itu, pelatihan ini juga sekaligus menjadi media komunikasi bagi Bank Panin dalam melakukan sosialisasi dan komunikasi mengenai kebijakan ini ke karyawannya, dan bagi karyawan, pelatihan ini juga dapat menjadi media komunikasi mereka dalam menyampaikan segala keluhan, pertanyaan, masukan, kritik, dan saran dalam pelaksanaan kebijakan KYC di Bank Panin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar