Jumat, 28 September 2012

“Jelajah Gizi”


“Apa Makanan Khas Daerahmu?”
                                  
Citra Rasa Kuliner Khas Betawi

Sekilas Tentang Betawi
Betawi adalah cikal bakal munculnya kota metropolitan Jakarta. Betawi juga menjadi sebutan bagi penduduk asli Kota Jakarta dengan budaya dan sejarahnya yang dinamis. Sejarah Betawi tak lepas dari pengaruh budaya China dan Belanda yang pernah mendominasi kota Batavia beberapa abad lalu.

Di tahun 1740 orang-orang China merantau di kota Batavia memberontak kepada pemerintahan Belanda. Namun para pemberontak ditumpas oleh Kompeni dan tidak lagi diperbolehkan tinggal di dalam tembok kota. Percampuran dan pembauran etnis serta budaya asli Betawi dengan kaum pendatang pun berlanjut. Pusat pemerintahan Belanda dipindahkan dari wilayah utara Batavia ke wilayah baru di sebelah selatan tepatnya di kawasan Medan Merdeka. Perumahan-perumahan mewah pun dibangun di antaranya rumah Gubernur Jenderal Belanda yang sekarang menjadi Istana Negara. Pelabuhan baru pun didirikan di Tanjung Priok, karena Sunda Kelapa sudah tidak sanggup lagi menampung banyaknya kapal-kapal yang datang berlabuh.

Pada awal abad ke 20 Batavia berkembang menjadi sebuah kota besar dengan penduduk lebih kurang 116.000 jiwa. Mei 1942 pada awal perang dunia ke-2, pasukan Jepang mendarat di Pulau Jawa dan menduduki Batavia, dan nama Batavia diganti menjadi Jakarta. Nama yang terus dipakai hingga sekarang ini.

Perkembangan kota Jakarta sebagai kota metropolitan dan ibukota negara ini semakin pesat di masa pemerintahan Orde Baru. Mayoritas penduduk asli Betawi yang menetap di tengah kota mulai menjual tanahnya dab pindah ke pinggiran Jakarta seperti Kebayoran, Condet dan Jagakarsa. Untuk melestarikan budaya Betawi dari kepunahan, di tahun 1970-an pemerintah menetapkan Condet sebagai kawasan cagar budaya Betawi.

Kuliner Betawi
Perjalanan sejarah Betawi tentu saja mempengaruhi budaya dan pola kehidupan masyarakat Betawi. Salah satunya terlihat dari keragaman kulinernya. Pengaruh tradisi China misalnya tampak dari beberapa jenis makanan Betawi. Ciri khas hidangan betawi adalah citarasa gurih dan sedap.Berikut ini adalah makanan khas betawi :

Ikan Gabus Pucung
Ikan gabus pucung merupakan makanan khas betawi yang sudah berlangsung dari generasi ke generasi. Bahkan makanan ini menjadi bagian dari salah satu tradisi masyarakat betawi yang disebut “nyorog”. Nyorog adalah tradisi masyarakat Betawi berupa kewajiban menghantarkan makanan kepada orangtua dari anak, atau menantu kepada mertua setiap menjelang bulan puasa dan lebaran. Sayur ikan gabus pucung menjadi salah satu makanan yang diserahkan pada orang tua/ mertua. Meskipun saat ini tradisi tersebut sudah banyak ditinggalkan masyarakat betawi, sayur ikan gabus pucung tetap masih dinikmati oleh sebagian masyarakat betawi dan non-betawi. Di masa lalu, menu sayur ikan gabus pucung ini juga menjadi menu khusus pada perhelatan atau jamuan penting, dan menjadi penarik selera. Pada saat ini gabus pucung dihadirkan pada acara kumpul keluarga, atau menyambut tamu khusus yang tidak berjumlah besar.
Resep Ikan Gabus Pucung :

Bahan-bahan Bumbu Ikan Gabus:
 2 kelingking atau 2 cm kunyit
 2 btr kemiri
 1 jempol atau 2 cm lenkuas
 3 bh cabai merah keriting
 2 kelingking atau 2 cm kencur
 3 siung bawang putih
 1 btg serai, memarkan
 5 siung bawang merah
 1 lbr daun salam
 Garam secukupnya
 Terasi secukupnya

Bahan-bahan resep Ikan Gabus Pucung:
5 bh pucung atau kluwek/keluak
2 ekor ikan gabus segar

Cara membuat Ikan Gabus Pucung Betawi:
Tahap 1: Bersihkan ikan gabus.
Lumuri dengan air jeruk nipis dan air jeruk nipis
Tahap 2: Goreng ikan gabus hingga kering matang. Kemudian di tiriskan
Tahap 3: Kecuali serai,  daun salam,dan kluwek, haluskan semuanya.
Tahap 4: Tumis bumbu dengan  minyak goreng hingga wangi/minyak sedikit saja
Tahap 5: Tambahkan 1 liter air, kluwek, serai, dan daun salam, rebus sampai mendidih,   tambahkan garam secukupnya
Tahap 6: Siramkan kuah pada ikan gabus goreng.
Tahap 7: Sajikan gabus pucungnya di pinggan

                                            *Kandungan Gizi Ikan Gabus*
Kandungan Gizi
Jumlah
Kalori (kkal)
80.00
Protein (g)
16.2
Lemak (g)
0.5
Karbohidrat (g)
2.6
Kalsium (mg)
170
Fosfor (mg)
139
Zat besi (mg)
0.1
Vitamin A (ug)
335
Tiamin (mg)
0.4
Niasin (mg)
0.1
Air (g)
79.60
Natrium (mg)
65

Tabel diatas menginformasikan bahwa ternyata kandungan vitamin A dan kalsium serta fosfor tergolong besar. Sedangkan nilai lemak dapat dikatakan cukup begitupun dengan protein yang sebagian besar berupa albumin.
Ada makanan,ada pula minuman…

BIR PLETOK


Bir selalu identik dengan minuman keras (miras), memabukkan dan haram. Tapi tidak bagi minuman yang satu ini, Bir Pletok. Bir pletok diciptakan sejak Belanda menjajah  di bumi Indonesia. Orang-orang Belanda pada saat itu sangat gemar mengonsumsi bir, namun karena di Betawi waktu itu mayoritas masyarakat beragama Islam, maka meminum bir yang notabene mengandung alkohol adalah sebuah larangan. Dinamakan bir pletok karena pada zaman dahulu diminum dengan batu es yang dimasukan ke dalam gelas bambu, jika di kocok atau goyang-goyang jadi berbusa dan menimbulkan bunyi “Pletak-Pletok”. Dahulu biasanya Bir Pletok hadir di acara hajatan orang betawi.Agar warna bir pletok lebih menarik, orang Betawi biasanya menggunakan tambahan kayu secang.Kayu itu kalau diserut dan diseduh dengan air panas akan mengeluarkan warna merah. Bir pletok sangat cocok dikonsumsi di sore hari atau pada saat cuaca sedang dingin. Bir pletok merupakan salah satu minuman halal yang menyehatkan serta mengahangatkan karena didalamnya terdapat rempah-rempah.

Resep Bir Pletok
Bahan-bahan Bir Pletok :
  • Air, 2 liter
  • Jahe, 350 gram, memarkan
  • Cengkih, 6 butir
  • Kayu manis, 5 cm
  • Kapulaga, 3 biji
  • Serai, 5 batang, memarkan
  • Kayu secang, 25 gram
  • Pala, 1/2 butir, memarkan
  • Gula pasir, 500 gram
  • Garam, secukupnya
Cara membuat Bir Pletok :
  1. Campur air dan gula dalam panci bertangkai.
  2. Masukkan jahe, rebus di atas api sedang hingga mendidih dan gula larut.
  3. Tambahkan kayu secang, aduk rata.
  4. Masukkan kayu manis, cengkih, kapulaga dan pala.
  5. Tambahkan serai, masak di atas api kecil hingga aroma rempahnya keluar, kurang lebih 1 jam.
  6. Saring dan sajikan.



Jumat, 07 September 2012

komunikasi


Nama          :  Nur Halimah

Nim            :  2010145017

Tugas Perilaku Organisasi

Pengertian dan Unsur Komunikasi

Pengertian
Komunikasi berasal dari bahasa Latin, “comunis” yang berarti membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Akar asal katanya “communis” yaitu “communico” yang artinya berbagi (Stuart,1983, dalam Vardiansyah, 2004 : 3). Dalam literatur lain disebutkan komunikasi juga berasal dari kata “communication” atau “communicare” yang berarti ” membuat sama” (to make common). Istilah “communis” adalah istilah yang paling sering di sebut sebagai asal usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata kata Latin yang mirip  Komuniksi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan di anut secara sama.
Pengertian komunikasi  itu sangat bermacam-macam bergantung pendapat setiap orang. Dari banyak pengertian tersebut jika dianalisa pada prinsipnya dapat disimpulkan bahwa komunikasi mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik.
Unsur Komunikasi
a. Lingkungan komunikasi
Lingkungan (konteks) komunikasi  memiliki 3 (tiga) komponen penting yaitu :
  1. Fisik, adalah ruang dimana komunikasi berlangsung yang nyata atau berwujud. Maksudnya adalah komunikasi bersifat nyata dan real sehingga dikatakan mempunyai tampilan fisik, baik berupa suara maupun gerakan-gerakan sebagai tanda.
  2. Sosial-psikoilogis, meliputi, misalnya tata hubungan status di antara mereka yang terlibat, peran yang dijalankan orang, serta aturan budaya masyarakat di mana mereka berkomunikasi. Lingkungan atau konteks ini juga mencakup rasa persahabatan atau permusuhan, formalitas atau informalitas, serius atau senda gurau,
  3. Temporal (waktu), mencakup waktu dalam hitungan jam, hari, atau sejarah dimana komunikasi berlangsung.
Ketiga komponen komuniasi tersebut saling berinteraksi satu dengan yang lainnya, masing-masing mempengaruhi dan dipengaruhi.
b. Enkoding-Dekoding
Dalam ilmu komunikasi kita menamai tindakan menghasilkan pesan (misalnya, berbicara atau menulis) sebagai enkoding (encoding). Dengan menuangkan gagasan-gagasan kita ke dalam gelombang suara atau ke atas selembar kertas, kita menjelmakan gagasan-gagasan tadi ke dalam kode tertentu. Jadi, kita melakukan enkoding.
Kita menamai tindakan menerima pesan (misalnya, mendengarkan atau membaca) sebagai dekoding (decoding). Dengan menerjemahkan gelombang suara atau kata-kata di atas kertas menjadi gagasan, anda menguraikan kode tadi. Jadi, anda melakukan dekoding.
Oleh karenanya kita menamai pembicara atau penulis sebagai enkoder (encoder), dan pendengar atau pembaca sebagai dekoder (decoder). Seperti halnya sumber-penerima, kita menuliskan enkoding-dekoding sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa anda menjalankan fungsi-fungsi ini secara simultan. Ketika anda berbicara (enkoding), anda juga menyerap tanggapan dari pendengar (dekoding).
c.  Sumber Penerima
Sumber penerima sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa setiap orang yang terlibat dalam komunikasi adalah sumber (komunikator) kaligus penerima (komunikan). Anda mengirimkan pesan ketika anda berbicara, menulis, atau memberikan isyarat tubuh. Anda menerima pesan dengan mendengarkan, membaca, membaui, dan sebagainya.
Tetapi, ketika anda mengirimkan pesan, anda juga menerima pesan. Anda menerima pesan anda sendiri (anda mendengar diri sendiri, merasakan gerakan anda sendiri, dan melihat banyak isyarat tubuh anda sendiri) dan anda menerima pesan dari orang lain (secara visual, melalui pendengaran, atau bahkan melalui rabaan dan penciuman). Ketika anda berbicara dengan orang lain, anda memandangnya untuk mendapatkan tanggapan (untuk mendapatkan dukungan, pengertian, simpati, persetujuan, dan sebagainya). Ketika anda menyerap isyarat-isyarat non-verbal ini, anda menjalankan fungsi penerima.
d. Kompetensi Komunikasi
Kompetensi komunikasi mengacu pada kemampuan anda untuk berkomunikasi secara efektif (Spitzberg dan Cupach, 1989). Kompetensi ini mencakup hal-hal seperti pengetahuan tentang peran lingkungan (konteks) dalam mempengaruhi kandungan (content) dan bentuk pesan komunikasi (misalnya, pengetahuan bahwa suatu topik mungkin layak dikomunikasikan kepada pendengar tertentu di lingkungan tertentu, tetapi mungkin tidak layak bagi pendengar dan lingkungan yang lain). Pengetabuan tentang tatacara perilaku nonverbal (misalnya kepatutan sentuhan, suara yang keras, serta kedekatan fisik) juga merupakan bagian dari kompetensi komunikasi.
Dengan meningkatkan kompetensi anda, anda akan mempunyai banyak pilihan berperilaku. Makin banyak anda tahu tentang komunikasi (artinya, makin tinggi kompetensi anda), makin banyak pilihan, yang anda punyai untuk melakukan komunikasi sehari-hari. Proses ini serupa dengan proses mempelajari perbendaharaan kata: Makin banyak kata anda ketahui (artinya, makin tinggi kompetensi perbendaharaan kata anda), makin banyak cara yang anda miliki untuk mengungkapkan diri.


 e. Umpan Balik/ Feed Back
Umpan balik adalah informasi yang dikirimkan balik ke sumbernya. Umpan balik dapat berasal dari anda sendiri atau dari orang lain. Dalam diagram universal komunikasi tanda panah dari satu sumber-penerima ke sumber-penerima yang lain dalam kedua arah adalah umpan balik. Bila anda menyampaikan pesan misalnya, dengan cara berbicara kepada orang lain anda juga mendengar diri anda sendiri. Artinya, anda menerima umpan balik dari pesan anda sendiri. Anda mendengar apa yang anda katakan, anda merasakan gerakan anda, anda melihat apa yang anda tulis.
Selain umpan balik sendiri ini, anda menerima umpan balik dari orang lain. Umpan balik ini dapat datang dalam berbagai bentuk: Kerutan dahi atau senyuman, anggukan atau gelengan kepala, tepukan di bahu atau tamparan di pipi, semuanya adalah bentuk umpan balik.
f. Gangguan
Gangguan (noise) adalah gangguan dalam komunikasi yang mendistorsi pesan. Gangguan menghalangi penerima dalam menerima pesan dan sumber dalam mengirimkan pesan. Gangguan dikatakan ada dalam suatu sistem komunikasi bila ini membuat pesan yang disampaikan berbeda dengan pesan yang diterima.
Gangguan ini dapat berupa gangguan fisik (ada orang lain berbicara), psikologis (pemikiran yang sudah ada di kepala kita), atau semantik (salah mengartikan makna). Tabel dibawah menyajikan ketiga macam gangguan ini secara lebih rinci.
Macam
Definsi
Contoh
Fisik
Interferensi dengan transmisi fisik isyarat atau pesan lain
Desingan mobil yang lewat, dengungan komputer, kacamata
Psikollogis
Interferensi kognitif atau mental
Prasangka dan bias pada sumber-penerima, pikiran yang sempit
Semantik
Pembicaraan dan pendengar memberi arti yang berlainan
Orang berbicara dengan bahasa yang berbeda, menggunakan jargon atau istilah yang terlalu rumit yang tidak dipahami pendengar
 Gangguan dalam komunikasi tidak terhindarkan. Semua komunikasi mengandung gangguan, dan walaupun kita tidak dapat meniadakannya samasekali, kita dapat mengurangi gangguan dan dampaknya. Menggunakan bahasa yang lebih akurat, mempelajari keterampilan mengirim dan menerima pesan nonverbal, serta meningkatkan keterampilan mendengarkan dan menerima serta mengirimkan umpan balik adalah beberapa cara untuk menanggulangi gangguan.
g.  Saluran
Saluran komunikasi adalah media yang dilalui pesan. Jarang sekali komunikasi berlangsung melalui hanya satu saluran, kita menggunakan dua, tiga, atau empat saluran yang berbeda secara simultan. Sebagai contoh, dalam interaksi tatap muka kita berbicara dan mendengarkan (saluran suara), tetapi kita juga memberikan isyarat tubuh dan menerima isyarat ini secara visual (saluran visual). Kita juga memancarkan dan mencium bau-bauan (saluran olfaktori). Seringkali kita saling menyentuh, ini pun komunikasi (saluran taktil).
h.  Pesan
Pesan dalam komunikasi dapat mempunyai banyak bentuk. Kita mengirimkan dan menerima pesan ini melalui salah satu atau kombinasi tertentu dari panca indra kita. Walaupun biasanya kita menganggap pesan selalu dalam bentuk verbal (lisan atau tertulis), ini bukanlah satu-satunya jenis pesan. Kita juga berkomunikasi secara nonverbal (tanpa kata). Sebagai contoh, busana yang kita kenakan, seperti juga cara kita berjalan, berjabatan tangan, menggelengkan kepala, menyisir rambut, duduk, dan. tersenyum. Pendeknya, segala hal yang kita ungkapkan dalam melakukan komunikasi

  Aspek - Aspek Komunikasi yang Efektif
Sedikitnya ada lima aspek yang harus dipahami dalam membangun komunikasi yang efektif , yaitu :
  1. Kejelasan ( clarity ) . Bahasa maupun informasi yang disampaikan harus jelas . Kapan kita menggunakan kata ini , anu , dan sejenisnya , maka akan menyebabkan ketidakjelasan terkait dengan pesan yang disampaikan . Hal ini akan menyebabkan munculnya salah tafsir , salah persepsi , dan sebagainya .
  2. Ketepatan ( accuracy ) . Bahasa dan informasi yang disampaikan harus benar - benar akurat dan tepat . Bahasa yang digunakan harus sesuai dan informasi yang disampaikan harus benar . Artinya sesuai dengan apa yang sesungguhnya ingin disampaikan . Bisa saja informasi yang ingin kita sampaikan belum tentu kebenarannya , tetapi apa yang kita sampaikan benar - benar apa yang memang kita ketahui . Inilah yang dimaksud akurat di sini .
  3. Konteks ( CONTEX ) . Bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai dengan kondisi dan lingkungan di mana komunikasi itu terjadi . Bisa saja kita menggunakan bahasa dan informasi yang jelas dan tepat , tetapi karena konteksnya tidak tepat maka reaksi yang kita terima tidak sesuai dengan yang diharapkan .
  4. Alur ( flow ) . Keruntutan alur bahasa dan informasi akan sangat penting dalam menjalin komunikasi yang efektif . Sewaktu kita meminjam uang misalnya , kita cenderung mengajukan kesulitan - kesulitan kita sebelum kita menyampaikan maksud kita untuk meminjam uang . Mungkin begitu juga pada saat kita pertama kali menyampaikan perasaan jatuh cinta pada seseorang .
  5. Budaya ( culture ) . Aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi , tetapi juga tatakrama atau etika . Bersalaman dengan satu tangan untuk orang sunda mungkin terkesan kurang sopan , tetapi untuk etnis lain mungkin suatu hal yang biasa .
Ketika kelima aspek tersebut di atas dapat terpenuhi dalam proses komunikasi , maka proses komunikasi yang efektif dapat terlaksana dengan baik selain juga dipengaruhi oleh faktor - faktor manusianya .

Komunikasi Dialogis Atasan Bawahan
dalam dunia pekerjaan, kita kenal komunikasi atasan bawahan yang berarti komunikasi yang terjadi antara pihak atasan dan bawahan. Ia dapat berbentuk penyampaian informasi, pesan ataupun instruksi. Disadari pula bahwa ketidaklancaran komunikasi komunikasi tersebut sangat tidak menguntungkan bagi efisiensi kerja. Demikian banyak waktu yang terbuang sia-sia, pemborosan kertas, perbaikan yang tak perlu karena informasi yang salah, kekeliruaan bawahan dalam melaksanakan perintah atau kurang pengertiannya terhadap instruksi yang diberikan.
Oleh sebab itu banyak atasan yang sengaja mempelajari, memperhatikan dan mencari cara , sistem yang dapat berlangsung efektif. Seringkali dijumpai para atasan yang tidak segan-segan mengulang atau menerangkan maksudnya sejelas mungkin agar tidak disalahtafsirkan oleh bawahannya.
Sebenarnya ada satu cara yang efektif agar proses komunikasi atasan bawahan dapat berlangsung lebih lancar. Caranya ialah dengan membudayakan sistem komunikasi dialogis.
Salah satu cara yang efektif agar proses komunikasi atasan bawahan dapat berlangsung lebih lancar adalah dengan komunikasi dialogis yakni komunikasi dua arah. dalam hubungan atasan bawahan, ketidakharmonisan dan ketidaklancaran komunikasi sangat tidak menguntungkan bagi efisiensi kerja. Banyak manfaat yang bisa diambil dengan melakukan komunikasi jenis ini.
Bagi atasan, komunikasi dialogis membuktikan pengujian apakah gagasan, pesan, prosedur baru yang akan diterapkan dapat diterima dan ditanggapi secara tepat oleh bawahannya. Komunikasi dialogis ini dapat juga menghindarkan kecenderungan atasan untuk menafsirkan sendiri tiap pesan, atau instruksi yang diberikan olehnya. Dengan memberikan kesempatan pada para bawahannya untuk bertanya, memberi usul dan saran, para atasan dapat mengetahui sejauh mana daya tangkap bawahannya akan pesan yang ia sampaikan.
Komunikasi dialogis bagi para bawahan juga memberikan manfaat yakni kepuasan tersendiri bagi para bawahan yang mampu memberi sumbang saran untuk kemajuan organisasi atau perusahaan. Juga secara psikologis akan memenuhi kebutuhannya yakni kebutuhan akan pengakuan dan secara tidak langsung akan membuat para bawahan akan bekerja lebih baik lagi untuk kepentingan kantor/perusahaan.

Studi Kasus
Bank Panin adalah sebuah bank swasta nasional yang menerapkan kebijakan Know Your Customer (Prinsip Pengenalan Nasabah) on Money Laundering secara umum, terhitung mulai tanggal 13 Oktober 2003.
Tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah untuk mengetahui straregi dan implementasi komunikasi internal yang telah dilakukan oleh Bank Panin dalam menerapkan kebijakan Know Your Customer (KYC) on money laundering. Metode penelitian yang penulis gunakan adalah kualitatif deskriptif.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa Pada dasarnya, tidak ada strategi komunikasi internal khusus yang dibuat oleh Bank Panin dalam menerapkan kebijakan ini, melainkan hanya terbatas pada penyelenggaraan suatu bentuk pelatihan karyawan mengenai kebijakan KYC, dan mengatur proses komunikasi antar karyawan dan Unit Kerja Pengenalan Nasabah (UKPN).
Pembentukan UKPN ini dapat dikatakan baik dan sesuai bagi Bank Panin dalam rangka menjalankan kebijakan KYC. Karena kinerja UKPN jangkauannya sangat luas hingga menjangkau kantor cabang dan kantor cabang pembantu. Sehingga dapat memberikan informasi tentang teknis pelaksanaan kebijakan KYC tersebut, serta dapat memantau, menganalisis, dan merekomendasi semua kebutuhan tentang Prinsip Mengenal Nasabah bagi para pejabat dan staff bank.
Sedangkan penyelenggaraan pelatihan karyawan juga dapat dikatakan sangat baik dan sesuai bagi Bank Panin dalam rangka menjalankan kebijakan KYC. Karena melalui pelatihan ini, dapat meningkatkan pengetahuan dan keahlian para pejabat/karyawan yang bertanggung jawab dalam penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer). Selain itu, pelatihan ini juga sekaligus menjadi media komunikasi bagi Bank Panin dalam melakukan sosialisasi dan komunikasi mengenai kebijakan ini ke karyawannya, dan bagi karyawan, pelatihan ini juga dapat menjadi media komunikasi mereka dalam menyampaikan segala keluhan, pertanyaan, masukan, kritik, dan saran dalam pelaksanaan kebijakan KYC di Bank Panin.